Ini adalah kisah perjalanan pertama kali gw ke luar negeri. Bersama 3 orang teman, Dhika, Theo dan Ghazi, gw berangkat ke Taiwan untuk ikut program internship. Kami naik maskapai scoot dengan penerbangan transit. Negara transitnya adalah Singapura, kami sengaja memilih penerbangan dengan jadwal transit yang cukup lama dan arriving time di siang hari supaya bisa jalan-jalan dulu di Singapur. Ibu, Bapak dan Kakak gw ikut mengantar ke Bandara. Selain keluarga, teman-teman kami, Thalia, Ken dan Haura juga ikut mengantar, mereka naik KA Bandara dari Depok. Datengnya agak lama jadi kami check-in juga agak lama, tapi gapapa, love you guyss <3.

Singkat cerita, penerbangan berjalan lancar, gaada delay, gaada drama overbaggage dan tepat waktu bahkan sampai lebih cepat dari perkiraan. Sesampainya di Changi, kami langsung cari toilet dan refill air minum kemudian bergegas keluar imigrasi. Setelah itu, kami bingung harus kemana, akhirnya kami memutuskan untuk menitipkan barang kami ke tempat penitipan agar keliling singapur ga keberatan barang bawaan bawaan. Akan tetapi, karena harganya mahal, $10 per satu tas dengan berat di bawah 10 kg (1 SGD = 11.150 IDR), kami akhirnya memutuskan untuk hanya menyimpan laptop masing-masing yang dikumpulkan di duffel bag nya ghazi sehingga total bayarnya adalah $15 dibagi 4 ๐ฉ.

Setelah menitipkan barang, kami berfokus untuk mencari prayer room. Dengan bermodalkan map Changi dan Free WiFi, kami memulai eksplorasi. Sambil mencari, kami juga foto-foto dulu di Jewel. Setelah puas berfoto, kami lanjut mencari tempat sholat. Akhirnya setelah sotoy dan tersesat selama kurang lebih 2 jam, kami bertanya ke counter informasi. Ternyata oh ternyata… Tempat Sholat di Changi cuma ada di dalam imigrasi, jadi harusnya tadi sebelum keluar imigrasi kami sholat dulu… Setelah tau hal tersebut kami akhirnya memutuskan untuk langsung pergi ke Kota aja. Setelah bertanya ke petugas, kami yakin untuk pergi ke terminal seberang terminal. LALU KAMI TERSESAT LAGI MUTER-MUTER CHANGI, BUTUH WAKTU SETENGAH JAM SAMPAI AKHIRNYA KAMI KETEMU JALAN KE MRT ALIAS TRAIN TO BANDAR. CAPEK BANGET LHO.
Sesampainya di stasiun MRT, kami lanjut membeli kartu EZ link dengan harga $10, yang berisi $5. Karena teman kami Theo ngidam makan nasi ayam hainan, kami pun memilih untuk turun di stasiun mrt Chinatown. Setelah turun dari MRT, langsung nyari restoran yang theo inginkan. Pas udah sampai di tempatnya, kita lihat menunya, ternyata ada b2 jadi ya,,, batal deh. Sebenernya ini emang bodoh sih, nama daerahnya aja udah Chinatown, tapi nyarinya makanan halal. YA SUSAH LAH. Akhirnya kita muter-muter lagi di sekitar daerah situ, ada kali setengah jam sampe akhirnya kita nanya ke bapak-bapak gitu di sebuah foodcourt dalam pasar di lantai 2. Beliau bingung ngejelasinnya gimana, sepertinya kurang fasih berbahasa inggris, tapi dia bilang ada foodcourt halal dekat sini. Setelah mendengar jawaban beliau dan berterima kasih, kita langsung otw ke tempat yang sebenarnya letaknya masih samar-samar. Ketika sudah sampai bawah, kita ngeliat ada kuil gitu, pas lagi foto-foto kuil dan mendiskusikan kira-kira di mana tempat yang dimaksud bapak itu, tiba-tiba BAPAK ITU MUNCUL DI SAMPING KAMI TERUS BELIAU TERNYATA MASIH BERUSAHA MEMBERI TAHU KAMI DIMANA LETAK FOODCOURTNYA. JUJUR KAGET BANGET LHO. TAPI TERIMA KASIH BANGET BAPAKKKKK!!
Setelah berhasil menavigasi foodcourtnya yang ternyata bernama maxwell foodcourt, kami langsung memesan makanan. Theo masih ingin memenuhi BM nya dan langsung saja memesan Nasi Ayam Hainan, Gw dan Dhika memesan tom yum seharga $6 sedangkan Ghazi ga mesen makanan karena dia bawa onigiri banyak banget dari Indonesia. Katanya waktu expired onigirinya tadi siang jadi harus cepet-cepet dimakan, dia akhirnya cuma memesan kelapa. Tom yumnya lumayan enak, porsinya banyak jadi full kenyang. Dhika yang udah laper banget semenjak di pesawat pun akhirnya bisa hidup tenang.
Mungkin gw perlu memperjelas suatu hal, kita sebenernya agak susah navigating singapur karena KITA GAADA YANG PUNYA KUOTA ROAMING. Jadi fakir wifi, kalo ada wifi gratis baru bisa liat maps. Dhika sebenernya udah beli kuota roaming telkomsel pas mau berangkat di Indo, tapi entah kenapa kuotanya belom aktif.
Setelah selesai makan dan perut sudah kenyang, waktunya kami mengingat tuhan kembali x_x. Kami langsung saja mencari masjid dekat foodcourt dan sampailah kami di masjid Jamae (Chulia). Ternyata masjidnya lagi direnovasi sebagian jadi kita lewat pintu samping. Pas nyampe pintu, DUAR! Ada pengumuman bahwa di masjid ini perempuan gabisa solat karena tempat solatnya lagi direnov dan ditempel juga tuh print google maps nunjukkin alternatif masjid-masjid lain sekitar situ. Jujur gw lemes bgt cuy, mana udah capek, mau solat eh gaboleh. Yaudah akhirnya gw dan Theo nungguin Dhika sama Ghazi sholat di halaman masjidnya gitu. Pada saat mereka udah selesai sholat dan berkumpul kembali bersama gw dan theo, tiba-tiba ada bapak-bapak menghampiri kami. Dia ngajak ngobrol dhika. Jujur gw kira dia mau marah-marah karena ada perempuan (gw) di area masjid padahal gaboleh, soalnya dia kayak ngomongnya agak keras gitu. Dhika awalnya bingung, gw juga bingung, beberapa saat kemudian akhirnya kita sadar, bapaknya lagi trying to explain disini perempuan gabisa sholat (mungkin dia kira kita gatau), terus dia akhirnya nunjuk gw. GW PANIK. Trus dia nyuruh gw ngikutin dia pake gestur gitu, terus gw ikutin. Ternyata dia mau nunjukkin google maps yang ditempel di pintu masjid sambil nunjuk-nunjuk jalan gitu mengarahkan gw letak masjid lain. Gw iya-iya aja kan, terus setelah kelar, gw berterima kasih dan beliau langsung pergi.
Langsung saja setelah dari masjid pertama, kami otw ke masjid kedua, cukup jauh sih jaraknya tapi gapapa. Sembari gw sholat, Dhika, Ghazi dan Theo brainstorming tujuan kita selanjutnya. Pilihannya jatuh kepada Marina Bay Sands dan moda transportasi yang kita gunakan adalah bus. Selesai sholat kita langsung gass. Sampai di sana, kita bisa bernafas sebentar karena adem dan ada free wifi hehehe. Kita lalu keluar untuk melihat pemandangan yaitu merlion, apple store dan gedung-gedung tinggi yang mostly adalah gedung perusahaan bank. Kami memilih spot duduk lesehan dan nyender di pinggir dermaga untuk melepas lelah sambil melihat sunset. Kami mulai jalan lagi ketika udah mulai gelap, tapi baru jalan bentar kami menemukan ada kursi pantai gitu di dekat tempat kami duduk lesehan. Karena sebenarnya kami masih capek dan pegel-pegel, tanpa pikir panjang, kami langsung aja rebahan di kursi itu sambil ngeliat nightview gedung-gedung tinggi. Rasanya menyenangkan dan agak surreal sih, 20 tahun gw hidup, baru sekarang gw menginjakkan kaki di tanah negara lain bersama orang-orang yang gak gw kira bakal menemani gw membuat pengalaman-pengalaman lucu, imut nan menggemaskan.
Setelah puas beristirahat dan menikmati pemandangan, kami langsung berjalan lagi ke arah merlion dengan tujuan nyari makan karena kata Ghazi/Dhika sih ada night market gitu di sana. Gw agak skeptis tapi yaudahlah akhirnya nyampe juga. Yang ada sih bukan night market jatohnya lebih ke cafe-cafe dan tempat makan aja. Dhika dan Theo yang kelaperan akhirnya langsung beli makan. Dhika beli MOS burger, Theo beli taco atau apa gitu gw lupa. Pas mereka lagi mesen, gw dan Ghazi foto-foto dulu di merlion. Selesai foto-foto kita balik ke theo dan dhika yang lagi menikmati makanan mereka. Ghazi lalu mengeluarkan 2 onigiri yang udah expired dari tasnya untuk dimakan. Dia nawarin gw tapi dengan disclaimer, kalo sakit perut pajak ditanggung pemenang ๐ Gw yang gapeduli langsung mengambil tawaran tersebut. Jadilah kita berdua makan onigiri expired sambil menikmati suasana soalnya di deket kami ada dj nyetel lagu-lagu asik. Ghazi ternyata masih punya 1 onigiri terakhir dan dia nawarin theo yang juga menerima dengan ikhlas. Jadilah kita bertiga makan onigiri expired.
Hari sudah malam dan kami harus kembali ke bandara sebelum layanan MRT tutup. Kami langsung menuju stasiun MRT terdekat yaitu Raffles Place. Sebelumnya kami telah mendiskusikan kira-kira tarif mrt untuk balik ke bandara itu berapa soalnya saldo kartu EZ link kami tinggal $2.02. Kami sudah mengecek pakai kalkulator online dan harganya adalah $1.98. PAS BANGET, tapi agak deg-degan sih, makanya kita pastiin lagi ke counter info MRT nya, ternyata benar harganya segitu. TAPIIII,,, kalau mau ngetap masuk saldo minimal di kartu itu ternyata $3. Karena kami bokek dan medit akhirnya kami isi saldo di mesin topup sebanyak $2 doang pake dollar kertas ๐.

Kali ini kami udah gak tersesat-tersesat lagi. Tentu saja karena kami sudah mulai paham tentang singapur tetapi faktor utamanya adalah karena kuota roamingnya Dhika udah bisa dipake hehehe. Tanpa berlama-lama, kami sampai di bandara, prioritas kami sekarang adalah ambil laptop yang dititip, nyari tempat buat mandi dan nyari lounge. Tadinya Dhika mau mesen kamar gitu di Changi, tapi kan mahal ya bro jadinya gajadi. Setelah ambil laptop, kita duduk-duduk dulu, Dhika sibuk membuat translate bukti vaksin dan tes tbc untuk dikirim ke david. Sedangkan gw, Theo dan Ghazi duduk-duduk ngeliatin orang ngebersihin jewel.
Hal lucu lainnya dari trip ini adalah Dhika kami beri julukuan “Ayah” karena dia yang selalu menavigasi dan mencari semua info alias menjadi airport serta travel dad. Sedangkan Gw, Ghazi dan Theo sibuk menjadi beban aja sih. YAMAHA Dhika, Semakin di depan ๐ (Ini soalnya formasi jalan kami tuh selalu Dhika paling depan, gw di tengah, Ghazi dan Theo paling belakang).
Sesudah Dhika kelar, langsung aja kita masuk imigrasi. Sebelum itu, kami sedikit berdebat/berdiskusi dulu tentang boleh atau tidaknya bawa makanan ke imigrasi karena pada laper. Karena tadinya ingin beli burger king, maka kami berdiskusinya di BK. Jujur, malam ini kami semua lagaknya sudah kayak orang mabuk. Pas diskusi gaada yang bener, kerjaannya ketawa-ketawa doang. Keputusan terakhir dari diskusi yang tidak produktif itu adalah kami gajadi beli BK dan langsung masuk imigrasi aja. Eh ternyata boleh dong bawa makanan, agak nyesel sih tapi ternyata masih banyak tempat makan di dalem imigrasi jadi aman enjoy.
Kami langsung nyari lounge buat tempat kita bermalam. Setelah dapet tempat, kami langsung menaruh semua barang kami di sana. Sudah aman tenteram eh tiba-tiba si Theo panik nyariin map biru dia dimana. Katanya sebelum masuk imigrasi masih ada. Coba tebak apa isi map birunya? YAPZ, paspor dan segala dokumen penting milik Theo. Setelah nyari-nyari di tasnya beberapa lama dan ganemu, Theo memutuskan untuk mencari ke tempat-tempat yang sempat kita lewati sebelum ke lounge, Ghazi ikut nemenin nyari. Sedangkan Dhika juga kemudian pergi untuk mencari shower. Jadinya gw tinggal sendiri di lounge. Setelah menunggu cukup lama, akhirnya Dhika balik dengan tangan kosong alias ganemu shower, katanya showernya itu adanya di dalem lounge yang berbayar, sayang sekali. Selang beberapa waktu, Theo dan Ghazi juga kembali dengan tangan kosong. Mereka gak berhasil menemukan map biru tersebut tapi mereka udah ngelapor kehilangan ke counter informasi, tinggal berdoa semoga barangnya ketemu aja.
Waktu itu sudah jam 1 pagi, setelah melalui berbagai kehectican, akhirnya masing-masing kami beristirahat sesuai agenda masing-masing. Kita semua sholat sendiri-sendiri dan mandi. Gw mandi di kamar mandi perempuan, Ghazi mandi di kamar mandi cowok dan Dhika mandi di tempat wudhu ๐. Gw baru mandi jam 3 kurang gitu karena toiletnya dibersihinnya lama banget sumpah.

Ohiya, setelah gw sholat isya jam 2 an gitu, pas balik ke lounge si Theo sudah memegang map birunya, wahahahaha. Nama dia tadi dipanggil ke counter informasi, pas mau ngambil map biru nya itu katanya dia disindir sama mbak-mbak petugasnya intinya kayak “Kamu mau tinggal disini terus ya?” ๐. Dari insiden inilah lahir meme legend yang tidak akan kami lupakan yaitu…
“Kamu gamau pulang?”
Kayaknya sih mapnya ketinggalam di trolley barang pas kita harus naik eskalator.
Lanjut… kelar mandi, gw langsung bobo dan dibangunin jam 5. Gw sedikit panik karena bentar lagi subuh dan gw berniat untuk puasa arafah. Langsung aja gw mesen 4 fingers ngikutin ghazi. Harganya lumayan mahal yaitu $9. Rasanya enak, nanti kalau udah balik ke Indo gw bakal beli lagi tu makanan. Pas banget gw kelar makan, minum dan niat langsung masuk waktu adzan. Gatau dah keitung puasa atau nggak tuh, wallahualam. Abis itu gw sholat subuh, balik-balik udah jam 6 dan kita harus segera beberes buat boarding karena pesawat berangkat jam 7. Pas nyampe di boarding room, ternyata flight kita udah last call HAHAHAHAHA, sama kayak waktu kita di soetta juga udah last call karena kita gatau gate boardingnya dimana dan gadenger pengumuman. Memang sukanya living on the edge. Alhamdulillah gaada masalah apa-apa pas boarding dan kita bisa langsung naik pesawat dengan tenang. Selama di pesawat kita semua melanjutkan sesi tidur yang terpotong dan udah gabanyak cingcong lagi. Flightnya tepat waktu dan kami sampai di Taoyuan (TPE) Airport dengan selamat.
Terima kasih udah membaca kisah perjalanan keos gw dan teman-teman gw. Kisah perjalanan di Taipei akan dilanjut di tulisan-tulisan berikutnya (kalo gw gak mager).
Leave a Reply